BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 25 Februari 2010

GUBERNUR KITA DITAHAN KPK….APA REAKSI KITA….!!!

Ternyata kasus Pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran memang telah membuat pemimpin kita tergoda untuk merasakan nikmatnya uang gratis. Setelah mantan Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, kini giliran Gubernur kita yang menjadi sorotan utama Lembaga Negara yang mengurusi Korupsi (KPK l.a, banyak tanya lagi) dalam Proyek Pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran. Kronologisnya keg gini ne :

a)     6 Januari 2005 ; PT. Satal Nusantara mengirimkan surat kepada Ketua Otorita Batam yang pada saat itu Pak Ismeth ketuanya. Pak Ismeth mendisposisi surat itu ke Deputi Administrasi dan Perencanaan dan Karo Umum

b)     11 Januari 2005 ;Deputi Administrasi dan Perencanaan, Ir. Moch. Prijanto membuat disposisi ke Karo Keuangan, Karo Perencanaan, Karo Umum untuk dianggarkan di tahun 2005, karena nggak ada anggarannya.

c)      Awal Febuari 2005 ; Staff Rumah Tangga Otorita Batam yang isinya Ditpam membutuhkan Damkar jenis Morita Ledder Truck model MLF4-30R dan satu unit Morita Fire Truck ME 5.

d)     Februari 2005 ; Surat Pengajuan dibuat mundur yakni 4 Januari 2005 dengan Nomor Surat 003 tertanggal 4 Januari 2005

e)     21 Februari 2005 ; OB mengundang PT. Satal Nusantara untuk melakukan Presentasi.

f)       8 Februari 2005 ; Deputi Administrasi dan Perencanaan menindaklanjuti disposisi Ketua OB yang dalam hal ini Pak Ismeth Abdullah Gubernur kita.

g)     18 Februari 2005 ; Rapat pembahasan pengadaan Damkar dan disepakati kalau dana Damkar belum dianggarkan. OB lantas mengajukan revisi-revisi anggaran ke Departemen keuangan.

h)     24 Februari 2005 ; Deputi Administrasi dan Perencanaan memerintahkan agar Nursetiajid menjadi Pimpinan Proyek.

i)       4 November 2009 ; Ismeth Abdullah ditetapkan sebagai tersangla setelah beberapa kali diperikasa sama KPK.

j)       3 Desember 2009 ; KPK minta Ismeth Abdullah dicekal, biar gak keluar-keluar katanya.

k)     19 Februari 2009 ; Ismeth diperiksa KPK sebagai saksi.

l)       22 Februari 2009 ;KPK menahan Ismeth Abdullah di LP Cipinang.

Begitu caritonyo..! tapi sih menurut aku, kalau belum ada bukti yang memang bisa dijadikan bukti yang sebenar-benarnya, Pak Ismeth tak bersalah. Dia tetap menjadi sosok pemimpin kebanggaan aku dan aku bakalan nyontohin sifat kepemimpinannya (NB : tp misalnya memang benar, sifat yang ntu gak aku ikutin ya). Gimana menurut kalian, apa kita perlu sama-sama demo ke depan Istana Presiden minta agar Presiden menangguhkan penahanan Pak Ismeth. Oh ya..! data yang diatas tuh aku dapat dari Koran Tribun Batam tanggal23 Februari 2010.

Rabu, 24 Februari 2010

DIAM KARENA HAMBATAN…ITU BUKAN SOLUSI !!!

    Satu kalimat yang sangat terkenal didunia “Kami tidak akan mengubah suatu kaum, jika kaum itu tidak mau mengubahnya sendiri” bagi orang muslim, kalimat ini memang tak terlalu asing, karena kalimat ini memang berasal dari Al-Qur’an yang merupakan pedoman atau pegangan hidup bagi kaum muslimin. Berbagai hambatan hidup memang selalu membuat manusia melepaskan asa begitu saja. Mereka beranggapan hidup ini tak adil, hidup ini nista, bahkan sebagian dari manusia dimuka Bumi ini menyalahkan Tuhan, mereka beranggapan Tuhan tak adil. Bukannya sok realistis, tapi memang begitulah hidup ! setiap makhluk hidup pasti akan merasakan asam garamnya kehidupan, tinggal bagaimana manusia itu menanggapinya yang akan berbuah manisnya kehidupan.

Berbagai bentuk pola pikir berbagai manusia, menurut aku sih..manusia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain :

1.     Manusia yang selalu ingin berkembang, manusia yang satu ini dapat didefenisikan sebagai manusia yang berfikir. Karena dia selalu ingin mendapatkan hal yang baru dalam kehidupan ini. Dia ingin mengubah tatanan kehidupan yang ada pada saat ini hingga lebih baik, tapi dia bukan pekerja.

2.    Manusia yang selalu ingin maju, perbedaan manusia yang ini dengan manusia yang selalu ingin berkembang terletak pada pola pembentukan karakternya. Manusia yang selalu ingin maju selalu beranggapan bahwa ia yang paling benar dan sebagian dari dirinya memiliki sifat egois.

3.    Manusia yang selalu ingin berkembang dan ingin maju. Nah..! manusia yang satu ini lah yang akan menguasai dunia dengan genggamannya. Kenapa..? manusia ini selalu berfikir kedepannya dan selalu belajar dari hal yang mengganjalnya, tapi ! jika manusia yang ini tidak dikendalikan dengan tata moral yang baik. Wallahuallam lah apa yang akan terjadi.

4.    Manusia yang sok berpikiran dewasa, aku kalau liat manusia yang satu ini, rasanya nak aku gampar aja..Kenapa tidak ? dia sok ngomong “woi, ko tu jangan kek anak kecil, coba belajar untuk dewasa dikit napa” gak tw nya dia sendiri mabuk-mabukan, main judi, mainin perasaan cewek. Apa kayak gitu yang dinamain dewasa ? nggak kan. Dewasa tu kita gunain kalau kita lagi menghadapi permasalahan. Sebagai contoh : Seorang Presiden kan harus bijaksana dalam mengambil keputusan, Nah..coba bayangkan kalau seorang Presiden sedang manghadiri reunion Sekolah Dasarnya dulu..pasti tingkahnya keg anak-anak kan.

Inti dari tulisan ini, masalah itu hal yang biasa dalam kehidupan. Terkadang kita juga sering mencari masalah. Jadi buat apa harus kita takutkan, tinggal gimana aja mau kita tanggapain dan gimana cara kita mecari solusi, karena diam bukanlah sebuah solusi dari sebuah permasalahan. Tinggal pilih, kita mau jadi orang yang berpikiran kayak apa. Mau maju atau mundur. Ingat ! pilihan cuman dua, maju atau mudur dan gak ada namanya Jalan di tempat. Karena hidup bukanlah baris berbaris.

Mari berbenah ; Membenah sistem Pendidikan Nasional

Setiap tahunnya, Indonesia harus menghasilkan air mata pada pihak pelajar. Sebuah kebijakan mengenai Ujian Nasional, harus membuat beberapa orang kecewa. Belum lagi, ada juga kekecewaan yang muncul yang berasal dari luar pihak-pihak yang mengalami kegagalan dalam ujian nasional.

Beberapa hari sebelum pengumuman mengenai kelulusan, kekecewaan juga nampak pada beberapa sekolah yang harus mengikuti ujian ulang. Ditengarai, hal ini disebabkan karena faktor soal yang bocor. Tentu saja, hal ini sungguh menyakitkan bagi para siswa yang sebenarnya tidak ikut terlibat, dan juga tentu akan membuat nama pendidikan di Indonesia menjadi tercoreng.

Kekecewaan juga nampak pada bobroknya penjagaan yang dilakukan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional serta kerahasiaan sebuah dokumen negara, dalam hal ini dokumen ujian nasional. Saat ujian nasional berlangsung, tidak jarang terjadi kebocoran soal, tersebarnya kunci jawaban via telepon selular, serta peristiwa nyontek-menyontek.

Patut diakui, kualitas dari Ujian Nasional itu sebenarnya memang patut untuk dipertanyakan jika melihat sederet masalah yang terjadi. Selain itu, akan juga muncul beberapa pertanyaan terkait. Apakah dengan standar soal yang ada, seorang pelajar memang betul-betul bisa dikatakan lulus dari bangku sekolah menengah? Lalu, bagaimana dengan perkembangan kepribadiannya? Bagaimana jika hasil Ujian Nasional nya bagus, namun itu bukanlah hasil dari sebuah kejujuran?

Kesalahan sistem pendidikan

Banyak kritik terlontar ketika Ujian Nasional harus terus digelar dan dijadikan sebagai satu-satunya acuan untuk menentukan kelulusan seorang siswa. Padahal, banyak aspek lain yang patut untuk diperhitungkan disamping aspek nilai Ujian Nasional.

Faktor yang sering terlupakan dalam masalah pendidikan adalah masalah pembentukkan moral dan karakter dari para pelajar itu sendiri. Terkadang, proses pembentukkan moral dan karakter ini cenderung dikesampingkan karena adanya orientasi terhadap kesuksesan yang mutlak dicapai saat pelaksanaan Ujian Nasional.

Akibatnya adalah kepribadian yang terbentuk di tubuh para pelajar bukanlah sebuah kepribadian yang patut untuk dibanggakan. Kejadian tawuran antara UKI dan YAI serta sederet aksi yang sama telah menunjukkan bahwa pembentukkan kepribadian dinilai masih sangat minim.

Untuk mengubah hal ini memang tidaklah mudah. Ini nampaknya sudah merupakan sebuah kesalahan yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia. Letak kesalahannya adalah fokus yang berlebih terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Fokus yang berlebih ini kemudian juga berujung pada fokus untuk peningkatan serta mempertahankan citra sekolah tersebut, serta mengenyampingkan proses pembentukkan kepribadian pelajarnya.

Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Ujian Nasional, bukan hanya digunakan sebagai sarana untuk menilai seberapa baik kemampuan siswa tersebut, namun juga dijadikan sebagai sarana dari pihak sekolah untuk ajang unjuk gigi di bidang pendidikan skala nasional. Hal ini terjadi karena sekolah yang mendapatkan nilai Ujian Nasioanl tertinggi, dengan sendirinya juga akan terangkat namanya. Nama yang terangkat ini juga kemudian akan berpengaruh pada seberapa banyak calon siswa yang akan masuk ke sekolah itu karena akan dinilai sebagai sekolah favorit.

Lalu, jika dalam konteks masalah seerti ini, siapa yang akan merasa tertekan? Pelajar tentunya. Hal ini disebabkan karena adanya tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka untuk menjaga citra sekolah, sehingga terkadang persiapan untuk mengikuti Ujian Nasional dinilai terlalu berlebihan dan menguras banyak tenaga. Selain itu, akhirnya pelajaran untuk membentuk moral dan karakter akan dengan sendirinya terhapuskan karena digunakan untuk kepentingan mata pelajaran yang akan diujikan dalam Ujian Nasional.

Untuk membentuk seorang calon pemimpin diperlukan pendidikan yang bukan hanya mengorientasikan dirinya pada sebuah kuantitas, namun juga pada kualitas. Kuantitas belum tentu bisa untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam melihat kualitas. Itulah sebabnya, ujian nasional sepertinya memang tidak bisa djadikan satu-satunya acuan untuk menetukan kelulusan. Masih diperlukan penilaian terhadap aspek-aspek lainnya. Diantaranya adalah penilaian dari segi moral dan karakter siswa tersebut, apakah sudah terbentuk dengan baik atau belum.

Satu hal yang wajib untuk dilakukan jika memang ada keinginan untuk tetap mempertahankan Ujian Nasioanal sebagai standar dalam menentukan kelulusan adalah, keharusan melaksanakan pembenahan sistem Ujian Nasional itu sendiri. Pembenahan sistem disini dimaksudkan agar tidak lagi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang sudah diutarakan penulis di atas.

Pendidikan Indonesia seyogyanya dapat menciptakan lulusan yang unggul jika saja pembenahan dalam segala sistem pendidikan mau dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara untuk tidak mengorientasikan pendidikan hanya kepada nilai, namun juga kepada pembentukkan kepribadian dan karakter pelajarnya.

Kini atau Sekarang
Ujian Nasional Tahun 2010 akan dilaksanakan pada tanggal 22 s/d 26 Maret 2010, tentu ini sangat mengejutkan siswa dan sekolah. Ujian Nasional Tahun 2010 lebih cepat satu bulan dibandingkan Tahun sebelumnya yang biasa dilaksanakan pada Bulan April. Memang sih..! keringanan yang diberikan Pemerintah unutuk Tahun ajaran 2010/2011 ini lebih ringan dari pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulang Ujian Nasionla apabila tidak lulus pada Ujian Nasional yang pertama dan yang diujikan hanya mata pelajaran yang tidak lulus pada Ujian Nasional tahap pertama saja. Apakah ini akan memberi dampak positif bagi Sistem Pendidikan Nasional..Mari kita lihat kedepannya bersama-sama.

Selasa, 23 Februari 2010

SISTEM POLITIK

Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.

 Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.

Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.

Prof. DR. ROBERTTO, S.Pi, M.Sc